Suspensions Bridge : Ketika Alam Tersentuh Kapitalis

Kawasan ini berubah semenjak dikelola oleh swasta. Fasilitas menjadi beragam dan semakin baik. Sebelumnya rute ke air terjun harus dilalui selama kurang lebih 1,5 jam kini hanya sekitar 20-30 menit. Danau yang dulunya polos kini ditata sedemikian rupa. Air terjun yang seadanya kini diberikan balkon. Namun, ada rupa ada harga. Tiket masuk dulu hanya 13k kini menjadi 50k. Harga 50k berupa paket tiket masuk air terjun,tiket danau,tiket suspensions bridge dan snack. Apakah itu tergolong sepadan? tentunya relatif.
Ketika hendak membayar betapa kagetnya saya melihat price list yang terpampang di kaca loket. Ada kelas VIP 100k dan VVIP 150k Entah apa kelebihannya. Saya kira yang membuat pembeda adalah jenis makanan atau welcome drink yang diberikan. Utk ke danau sama saja.Saya merasa tidak berminat untuk membeli tiket wisata alam dekat rumah seharga 6 bungkus nasi Padang.
Saya sempat mengernyitkan dahi..Sudah cukup ada diskriminasi di sektor kesehatan dll sekarang ditambah lagi diskriminasi di sektor pariwisata. Makin bulat keinginan untuk migrasi ke bulan. Saya mengira semua improvement adalah buah keseriusan dinas pariwisata kabupaten Sukabumi. Ternyata setelah membaca artikel di laman Radar Sukabumi, area ini dikelola PT Fontis Aquam Vivam. Bahkan jembatan sepanjang 243 meter inipun dibangun di atas ketinggian 107 meter menggunakan murni uang perusahaan tersebut.

Melenggang ke loket saya di beri tiket berbentuk gelang. Setelah berjalan sekitar 10 menit saya tiba di gerbang ke 2. Gelang di lubangi dengan punch holder sebagai tanda saya sudah lewat. Pengelola menyediakan welcome drink berupa teh dan kopi hangat yang bisa kita top up. Cangkir kaleng khas pedesaan berjejer seakan siap saya pilih. Snacknya juga ada berupa pisang kukus dan singkong kukus beralaskan daun pisang. Sebagai salah satu service excellent saya sangat mengapresiasi hal ini. Tempat duduknya terbuat dari kayu, nyaman di buat bertahap ala ala bioskop menghadap panggung teater. Pertunjukan seni yang hanya hidup jika ada orang penting yang datang.
Bagi anda yang tidak terbiasa dengan makanan dan minuman ini, anda bisa mampir ke bufe dan mini cafe yang letaknya sebelum panggung panggung teater. Pemandangan di bufe pun tidak kalah cantik. Bufe dibangun di tepi jurang. Pepohonan hijau indah sejauh mata memandang. Pohon Pinus diselimuti kabut memang cantik sekaligus membuat bergidik.
Merasa tidak sabar, setelah saya habiskan satu gelas teh manis hangat. Sayapun bergegas melanjutkan perjalanan kembali. Tujuan utama, Suspension Bridge.

Yeay rasanya menapaki jembatan gantung terpanjang se Asia Tenggara itu cukup membuat bangga. Angin datang jembatan bergoyang agak membuat panik.  Jika anda ingin menikmatinya lama..ya silakan. Namun, jika sedang musim liburan / high season pengunjung akan diminta terus bergerak dan tidak Lama2 berada di tengah jembatan. Oh iya, perlu saya informasikan waktu itu saya tidak diperkenankan untuk pulang lewat sini lagi. Jadi hanya berlaku one way. Rute pulang disediakan jembatan lain tidak sebaik jembatan ini. Sekitar 20 menit saya berada di atas jembatan..menikmati wajah wajah yang berlalu lalang. Ekspresi manusia memang unik dengan segudang masalah masing-masing. 

Diujung jembatan kembali ada gerbang petugas. Saya melanjutkan perjalanan ke curug sawer. Track yang dibuat cukup aman. Diberi tali pembatas bisa untuk pegangan. Jadi teringat dulu waktu dulu sebelum ada jembatan, saya harus berjalan berjam-jam mengitari hutan lembab.Oh Tuhan sungguh berat menjadi ciptaan yang memikul penyakit anemia.

Tepat sebelum sampai di Curug Sawer, pengelola membuat area kemah dan piknik yang cukup luas. Berbentuk lapang rumput dan tenda-tenda putih terbuka ukuran besar. Jika ingin berdiam dibawah tenda saya harus bayar. 

Samar terdengar gemuruh air terjun. Akhirnya sampai juga. Sejuk dan segar. Curug sawer memang tipe air terjun yang berair pegunungan dan berada di hutan lembab. Asri sekali. Sekarang ada balkon dekat air terjun tersebut. Fungsinya membuat pengunjung jadi lebih dekat. Awas bajumu basah. Cipratan nya lumayan banyak. Kamu bisa basah kuyup kalau berlama lama diam disitu. Tapi mohon maaf yang saya bagikan hanya foto air terjun tanpa balkon.


Karena hari sudah sore, saya tidak melanjutkan perjalanan ke danau. 

Saya senang sukabumi mempunyai jembatan ini. Setidaknya ada yang bisa saya banggakan pada teman-teman di luar kota. Walaupun pada kenyataanya tidak semenyeramkan dan seluar biasa di video-video wisata yang beredar.



Rekomendasi rute :

suspensions bridge - curug sawer - jembatan gantung ke 2 - danau situ gunung .

rangkaian rute tersebut berbentuk mengitar 

Catatan :

Pengunjung yang datang ke Curug Sawer tanpa melewati Suspensions Bridge hanya membayar tiket Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebesar Rp. 18.500












Comments

Popular posts from this blog

Kapan Nikah?

Madilog : Jembatan Keledai dan Tan Malaka

Pantjoran : Kuliner Pecinan di Pulau Reklamasi