Madilog : Jembatan Keledai dan Tan Malaka

Intro

Mendengar kata MADILOG apa yang ada dibenak mu? Ajaran sesat? Atau buku terlarang?. Jika di telaah dengan mata, hati dan pikiran terbuka MADILOG adalah sebuah karya Tan Malaka yang mengagumkan bagi yang mau menerima nya.

Biar ku perkenalkan terlebih dahulu...

Tan Malaka Bapak Republik yang sunyi. Ia orang Minang. Banyak sumber yang menyebutkan ialah orang pertama yang mencetuskan Republik Indonesia..jauh sebelum 1945 jauh sebelum Bung Karno mengumandangkan proklamasi, buku hasil tulisan Tan Malaka dijadikan acuan dan pegangan oleh para pemuda pejuang kemerdekaan. Sayang, selama 12 tahun sekolah nyaris tak ku dengar nama Tan Malaka..ia dikubur dan dibengkokkan sejarah. Namun ya...sejarah selalu mempunyai banyak sisi. Disisi mana kita berdiri disitulah yang kita percayai. 

Dalam postingan kali ini, aku tidak akanmembahas perkara "sejarah yang bengkok" itu. Terlalu berbahaya. Bahasanku kali ini adalah tentang salah satu warisan cara berpikir Tan Malaka. Jembatan keledai (bahasa Belanda : ezelbuggece) yakni metode mengingat atau menghafalkan sesuatu yang digunakan dalam pendidikan. Tan Malaka ini latar nya adalah seorang guru..pun praktis cara berpikir nya amat sistematis.Ia paham bagaimana metode belajar efektif. Ditambah lagi sebagai pemerhati dan pejuang beliau amat peduli dengan kualitas bangsanya. Aku baru tahu ternyata jembatan keledai awalnya dipopulerkan dalam buku yang "kata orang" terlarang ini. 😁

Perpustakaan dan Buku

Di awal awal Tan Malaka menjelaskan sendiri beliau sangat mendewakan buku.Bahkan, tidak segan mengurangi jatah makan untuk membeli banyak buku. Jelas menggambarkan sosok haus ilmu pengetahuan bukan?!. Karena Tan Malaka adalah pelarian maka berkali-kali beliau merelakan Pustaka tersebut. Didalam buku beliau menggambarkan betapa repotnya menjadi seorang buronan polisi internasional. Berak-rak hingga Berpeti- peti ada yang terlantar cerai berai, lapuk hilang di Eropa, sengaja dibuang di Tiongkok lautan Hindia dan ada juga sengaja ditenggelamkan dalam Empang dimuka rumah Tuan Tan King Cang di Upper Seranggoon Road, Singapura untuk menghilangkan jejak. Tan Malaka tahu betul pustaka tak bisa mengawaninya. Kehilangan buku bukan berarti kehilangan isi. Disinilah beliau menggunakan konsep JEMBATAN KELEDAI untuk meringkas intisari buku/bacaan sembari dijadikan taktik mengelabui polisi. Dengan membaca judul bacaan atau catatan seseorang, polisi langsung tau kemana condong pemikiran orang tersebut. Berbahaya atau tidak. Salah satu yang menarik Polisi Hongkong dan Manila sempet menyita catatan Tan Malaka. Lucunya mereka malah pusing kepala berhari -hari. Mereka tidak tahu apa maksud serta arti catatan itu. 

Jembatan Keledai yang Membantu

Sebetulnya konsep menghafal sangat dibenci oleh Tan Malaka. Menghafal membuat kita menjadi bodoh mekanis seperti mesin. Kemudian disisi lain, Tan Malaka mempertimbangkan pula bahwa pengetahuan yang ada dalam otak amat berguna. Jadi, jalan tengahnya Tan Malaka memadukan yang baik dari kedua pihak. Intinya kita harus paham dulu apa yang kita hapalkan.

Menghapal juga adalah salah satu hal yang aku takuti. Tentu alasan ku tidak sebijak Tan Malaka. Alasan ku hanya seperti pelajar kebanyakan. Sulit - Malas - Membosankan. Ketika menginjak kelas 11 syukurlah aku bertemu dengan guru matematika yang luar biasa. Kumpulan rumus Aljabar yang membuat mual itu dibuat menyenangkan. Bahkan, ada satu rumus yang aku ingat sampai sekarang. Sudah 11 tahun melekat di ingatan. Aslinya perkalian antar dua bentuk aljabar :



Huruf/angka ke 1 dikalikan ke huruf/angka ke 3
Huruf/angka ke 1 dikalikan ke huruf/angka ke 4
Huruf/angka ke 2 dikalikan ke huruf/angka ke 3
Huruf/angka ke 2 dikalikan ke huruf/angka ke 4

Kemudian dalam bahasa Sunda 
Satu itu hiji
Dua itu dua
Tiga itu tilu
Empat itu opat

maka jembatan keledai nya sesingkat ini
JILU JIPAT WALU WAPAT

Berkat banyak rumus2 yang dibuat menarik aku bisa merangkak perlahan mengejar ketertinggalan. Pokoknya kalau menemui yang bentuknya seperti diatas aku langsung hajar dengan jurus JILU JIPAT WALU WAPAT.

Di mata pelajaran Indonesia Guruku juga membuat kalimat :

"Tema dan Tomi beli Pot kemudian Lapar jadi beli nasi padang tapi ga jadi karena lihat Garanat"

Untuk lebih menghafal unsur intrinsik cerpen. Mula -mula aku pahami dulu maksudnya. Baru aku hafal sesuai urutan.

Unsur intrinsik cerpen ada 7

1. Tema = tema

2. Tokoh = tomi

3. Plot =pot

4. Latar tempat/waktu = lapar

5. Sudut Pandang = nasi padang

6. Gaya bahasa = Garanat

7. Amanat = Garanat

Soal ini sering muncul dalam ujian nasional

Melanjutkan hidup hingga bangku SMK kutemui pula guru Bahasa Inggris yang mengajarkan tentang formula simple present tense dan subjek they we i you itu tidak menggunakan huruf S setelah kata kerja. Sehingga Dewi ayu ga suka es. Sisanya she he it suka s. Sejak hari itu aku tidak pernah lagi tertukar.



Tahu tentang permainan bocah mejikuhibiniu? Ya. Itu juga termasuk metode jembatan keledai untuk mengingat warna pelangi. Berarti warna merah jingga kuning hijau biru nila ungu.

Tau singkatan Nabi Ulul Azmi ? NIMIM ? Ya tentu saja itu termasuk jembatan keledai. Bagi seorang muslim diharuskan mengetahui  dan mempelajari kisah nabi-nabi.

Nuh AS

Ibrahim AS

Musa AS

Isa AS

Muhammad SAW

Tau jembatan keledai yang ini?

1r. Soekarno

2oeharto

3J. Habiebie

4bdurahman Wahid

5oekarnoPutri ( Megawati Soekarnoputri)

6ambang Yudhoyono (Susilo Bambang Yudhoyono)

7okowi (Joko Widodo)

Uraian diatas menjelaskan 7 Presiden Indonesia secara berurutan. Dengan bantuan angka yang ternyata menyerupai huruf depan bapak ibu Presiden Republik Indonesia.

Kata MADILOG juga merupakan jembatan keledai. Berarti singkatan dari Materialisme, Dialektika, Logika.

Kemudian berikut jembatan keledai versi ku. Sewaktu kuliah, sidang skripsi ku berkutat tentang turn over karyawan (perputaran karyawan). Turn over yang tinggi akan mempengaruhi produktivitas. Hal -hal yang mempengaruhi turn over itu disingkat HESE (dalam bahasa Sunda berarti SUSAH). Aku sudah paham namun sulit dihafal makanya aku buat singkatan ini.

Happiness

Satisfaction

Engaged


Refleksi

masih banyak lagi Jembatan Keledai yang bisa membantu bahkan kamu sangat mungkin membuat jembatan keledai versi dirimu sendiri. Selamat mempraktekan ❤️

Oh iya, ada paragraf favorit yang menyentuh ku sampai ke tulang. Aku kira ini pula jawaban kenapa sosok sehebat Tan Malaka yang rendah hati ini memutuskan tidak berkeluarga. Sampai akhirnya di eksekusi mati di tanah Republik yang beliau konsepkan dan cita-citakan mencapai merdeka. Hanya Tuhan yang tahu. 

"saya anggap jembatan keledai itu penting sekali buat pelajar disekolah dan paling penting buat seseorang pemberontak - pelarian. Bukanlah seorang pelarian politik itu mesti ringan bebannya, seringan - ringannya? Ia tidak boleh diberatkan oleh benda yang lahir, seperti buku ataupun pakaian. Hatinya terutama tak boleh diikat oleh anak istri, keluarga serta handai tolan. Dia haruslah bersikap dan bertindak sebagai "marsuse" yang setiap detik siap sedia buat berangkat, meninggalkan apa yang bisa mengikat dirinya lahir dan batin".

Postingan ini dibuat berdasarkan buku MADILOG karya Tan Malaka chapter "Perpustakaan" halaman 12-20. Selamat Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 76.




Comments

Popular posts from this blog

Kapan Nikah?

Cove at Batavia