Pantjoran : Kuliner Pecinan di Pulau Reklamasi

Ramalan cuaca hari ini akurat. Tidak hujan namun jakarta berawan. Gedung tinggi tertutup kabut putih memburamkan pemandangan. Setelah hampir 2 tahun, sosial distancing ditiadakan. Tanda silang dikursi kereta pun dicabut. Sebagai gantinya, penumpang harus diam tanpa saling berbicara satu sama lain. 2 jam berlalu, aku bertemu lagi dengan Jakarta Kota. Mengacuhkan kota tua, aku bergegas berjalan kaki menuju halte busway seberang museum Bank Indonesia. Istirahat sejenak, laki-laki Chinese menyisakan tempat duduk untuk ku. Kami berbincang sebentar sekadar basa-basi. Melihat Busway  tiba, aku pamit pergi duluan dan melenggang masuk ke dalam jurusan 1A.

Secara teknis aku menyeberang dari pulau jawa. PIK dan Pulau reklamasi di hubungkan oleh jembatan yang lumayan panjang. Begitu mendarat di pulau reklamasi banyak orang yang bilang atmosfer nya berbeda. Bagiku tidak. Terasa sama saja.

Di pantjoran aku langsung kelabakan mencari toilet ingin cuci muka. Waaaah  ternyata toilet tersebut berada didalam container peti kemas. Tenang, tidak panas ko nyaman serta berAC. Tidak ada pungutan tiket masuk.

Rupanya pantjoran ini adalah wisata kuliner dengan suasana oriental. Mempunyai selipan religi agama Buddha. Karena, terlihat beberapa patung dewa berikut altar dupa untuk berdoa.


Bicara soal tenan, mitra yang bekerjasama merupakan kuliner yang sudah berdiri lama. Disini hanya cabang/frencais. Bahkan "Ponggol" brand nasi lemak terkenal ikut di boyong dari Singapura.
Hampir semua tenan banyak embel-embel "sejak tahun bla bla bla".

Bukan berarti tidak ada kuliner halal tapi untuk muslim kalian harus lebih berhati-hati. Banyak makanan dan minuman non halal. Bahkan babi guling utuh dengan kulit garing keemasan di jajakan dihalaman.

Dari segi harga memang pricey wajar saja ini adalah tempat wisata. Biaya sewa tempat pasti mahal. Aku perhatikan dari kualitas bangunan dan ornamen tempat ini digarap serius oleh group Agung Sedayu. Tiang gapura menjulang kokoh bak tidak akan lapuk seribu tahun.

Segelas es kopi menamani jalan-jalan ku. Bukan es kopi sembarangan. Ini es kopi tak kie yang terkenal kepunyaan daerah pecinan Glodok. Tempat aslinya ada di gang Gloria. Entah bagaimana, mereka membuka tenan di pantjoran.


Sudah jam makan siang, aku mampir ke pandaloka. Halal. Menu ikonik mereka adalah Hainan chicken rice. Aku memilih ayam steam. Rasanya tergolong light.


Tempat duduk pandaloka mempunyai design semi outdoor sehingga aku bisa menikmati hilir mudik orang sambil makan.  Sembari menyempatkan mengambil beberapa foto.



Lanjut Part 2 .........

Comments

Popular posts from this blog

Kapan Nikah?

Madilog : Jembatan Keledai dan Tan Malaka